Senin, 16 Desember 2013

Bertahan itu..


Bertahan itu..
Berpura-pura tidak tahu kalau dia sudah tidak memiliki rasa untuk kita..
Berpura-pura tegar meskipun sebenarnya hati bekata tak kuat..
Berpura-pura tertawa meskipun sebenarnya menyimpan air mata..
Berpura-pura mandiri padahal membutuhkan bantuan..
Berpura-pura tidak perduli meskipun sebenarnya khawatir..

Bertahan itu penuh kepalsuan, penuh kepura-pura an.

......

Diluar masih gerimis, daun daun pun masih basah, hawanya dingin, sedingin hatiku.. membeku.. dan aku hanya termenung ditemani secangkir kopi yang tak lagi hangat.

Aku masih ingat akan kejadian semalam, saat kamu bilang kamu sudah ingin mengakhirinya, saat kamu memilih untuk berpisah, iya.. aku masih mengingatnya.
Semalaman aku tak bisa tidur, terlalu sibuk menghitung kenangan ‘aku kamu’ sampai-sampai aku tak sadar ada bulir-bulir menumpuk di pelupuk mata. 

Kira-kira, apa ya yang kamu lakukan setelah mengucap kata itu, apakah kamu senang ? ataukah kamu terluka sama sepertiku ? aku tak tau, dan aku berusaha untuk tak mau tahu..

4 tahun sudah aku berusaha bertahan bersamamu, meskipun apa yang kita lewati ini tak bisa disebut indah, tapi aku tak mudah melupakannya. Entah, mungkin karena kamu cinta pertama itu atau bukan..

Aku fikir kesibukan bukanlah masalah besar untuk kita, tapi aku salah, ia-lah yang membuat kita seperti ini, ia-lah yang membuat kamu memilih untuk sendiri dan melupakan ‘kita’. Aku tak mengerti..

Aku yang selalu berusaha untuk menjaga apa yang kita sebut kesetiaan, aku yang selalu berusaha untuk tetap sendiri saat kamu terlalu sibuk dengan pekerjaanmu, dan aku yang selalu setia menunggu kedatanganmu untuk segera mendapat pelukmu, dan aku yang kini kau lupakan..

Aku tak mau mencari tahu siapa yang salah dan siapa yang seharusnya ku salahkan, aku terlalu sibuk mengobati luka ini, dan terlalu sibuk merapikan puing puing yang  telah berserakan.

Kalau biasanya aku bisa menikmati rindu menunggu kedatanganmu, kini aku harus melupakan kebiasaan itu. Seharusnya aku menjadi wanita yang kuat, karena memang disetiap temu pasti ada pisah.

            Kuteguk kopiku, dingin..

Yang bisa aku lakukan sekarang hanya menunggu, bertahan, dan mencoba untuk bangkit.

Menunggu untuk seseorang yang akan membantuku menyatukan hati yang telah retak, bertahan untuk tetap hidup dan berusaha untuk bangkit.

Untuk kamu yang sekarang bukan lagi milikku, semoga kamu bahagia, dengan atau tanpamu, aku memang harus tetap hidup, meneruskan mimpi yang kini sudah tak lagi bisa kurajut bersamamu..

Untukmu yang tersayang..

A.